translate

ramp my enterprenuer inspiration

Rabu, 02 Desember 2009

WSBB

A. Munculnya Negara/Kerajaan bahari di Indonesia

Negara dan bangsa Indonesia dengan karakteristik sosial budaya kebaharain sekarang bukanlah merupakan fenomena baru di nusantara kita ini. Fakta sejarah menunjukkan kepada kita bahwa fenomena kehidupan kebaharian kekinian, khususnya bidang brokrasi/pemerintahan, pelayaran, perikanan merupakan kontinuitas dari roses perkembangan fluktuatif kehidupan kebaharian masa lalu. Proses perkembangan politik kenegaraan dengan infrasturuktur yang flutuatif tersebut member gambaran akan muncul dan menghilangnaya secara bergantian kerjaan-kerajaan maritime besar dan kecil dari masa lalu hingga masa Indonesia erdeka. Munculnya kerajan kerajaan maritime di nusantara masa lalu yang berdaulat denagn sistem pertahanan keamanan yang ampuh, tumbuhnya sector-sektor ekonomi kebaharain terutama pelayaran dan perikanan, aplikasi pengetahuan teknologi kelautan, dan diadakan serta diberklakukan kebijakan dan hokum/ perundan- undangan laut banyak merupakan bukti presentasi masyarakat bahari masa lalu yang semestinya diberi apresiasi setinggi tingginya oleh anak bangsa Indonesia sekarang. Prestasi mana telah menjadi kristalisasi nilai sejarah yang potensial dijadikan acuan pembelajaran bagi rekayasa perkembangan kebudayaan dan peradaban bahrari nusantara ini kedepan pendayagunaan potensi local yang optimal dan eksternal secara selektif sebagaimana diterapkan dimasa lalu kiranya lebih meningkatkan kebrdayaan dan wibawah bangsa bahari ini daripada bergantung sepenuhnya pada kekuatan-kekuatan eksternal semata seperti cenderung diterapkan bangsa Indonesia, terutama sejak masa orde baru hingga sekarang.
 
B. Catatan sejarah perikanan laut di Indonesia


Dari perspektif kekuatan sosial politik dan ekonomi, kaum nelayan dimanapun dari dulu hingga sekarang memang selalu termasuk masyarakat marginal. Sebaliknya dari perspektif sosial budaya , bagian terbesar dari mereka sesungguhnya itulah sesungguhnya dikategorikan sebagai masyarakat bahari sejati/tulen. Menggagas laut dan isinya, rekaysa sarana perhubungan (perhu/kapal) untuk akses ke laut dan teknologi pemanfaatan sumberdaya perikanan yang kaya dengan tipenya, dan dinamika pengetahuan sebagai pedoman aktifitas pelayaran dan perilaku eksploitasi sumber daya laut , justru menjadikan kadar kebaharian kaum nelayan dalam berbagai unsure melebihi kadar budaya kebaharian para nelayan dan saudagar yang memanfaatkan lingkungan laut sebagai prasarana pelayaran (pelabuhan/dermaga dan rute-rute pelayaran) semata.
Sejarah aktifitas penagkapan ikan di perairan Nusantara ini juga dapat dilacak jauh kebelakang. Meskipun tingkat-tingkat perkembangan budaya perikanan kurang terkandug dalam catatan sejarah dibandingkan dengan aktivitas pelayaran ( usaha perhubungan laut ), namundapat diduga bahwa aktivitas kenelayanan berupa menangkap ikan dan mengumpulkan biota laut tidak liar ( kerang-kerang, tumbuhan laut ) tidak jauh lebih mudah daripada aktivitas berburu dan meram di darat, yang mencirikan mode ekonomi subsisten mastarakat sederhana di mana-mana. Adapun pola aktivitas kenelayanan dan mengumpulkan biota laut tidak liar diduga sama dengan kalau bukan lebih tua daripada pola aktivitas ekonomi perhubungan antarpulau, apalagi antarnegara dan benua.


 
C. Catatan Sejarah Pengembaraan Pelayar dan Nelayan

Dalam melakukan akivitasnya, penduduk bahari, terutama nelayan dan pelayar, mempunyai mobilitas pengembaraan yang tinggi. Berbeda dengan pelayar yang tujuannya adalah pelabuhan-pelabuhan di kota-kota pantai, nelayan yang memanfaatkan sumberdaya hayati ( ikan dan spsis-spesis biota lainnya ) tujuannya adalah daerah-daeah penangkapan ( fishing grounds ) diperaiaran pesisir dan laut dalam. K3ebanyakan kelompok nelayan dari Jawa, Madura, dan Bawean mencari ikan laying sampai kepulauan Natuna, Selat Makassar, Laut Arafuru, dan Laut Banda.Nelayan pencari telur ikan terbang dari Mandar sejak dahulu menjelajah laut dalam selama berbulan-bulan hingga ke Laut Flores dan Maluku.Nelayan pancing tongkol dan tuna dari Sulawesi Selatan juga mendatangi Laut Flores, Maluku, bahkan sejak tahun 1998 sebagian nelayan Bugis dari Sinjai ( Teluk Bone ) sampai ke perairan Cilacap menangakap tongkol. Keloomok-kelompok nelayan paling berani mengarungi dan tinggal di lautan selama berbulan-bulan alah nelayan Bugis dan Bajo ( Pulau Sembilan, Teluk Bone ), Nelayan Makassar ( Baranglompo, Kodingareng ) mencari teripang dan kerang-kerangan ke seluruh perairan Nusantara. Pengembaraan ke kawasan Timur Indonesia, mereka mendatangi NTT, Maluku, Biak, hingga Merauke. Kea rah selatan, mereka mendatangi NTB, kemudian menyebrang ke perairan pantai utara Australia. Bahkan di abad ke-17, dalam pelayarannya kebali ke Makassar, nelayan penyelam tersebut melalui perairan pantai barat Papua New Guinea yang kaya dengan mutiara dan teripang. Oleh karena populasi teripang dan sepsis-spesis karang bernilai ekonomi tinggi telah merosot sejak tahun 1980-an, maka kelompok-kelompok pengembara tersebut semakin berkurang jumlahnya. Hal yang menarik perhatian ialah nelayan Madura ( jumlahnya tidak kurang dari 10 kapal ) juga sampai di Teluk Bone mencari jenis-jenis teripang yang tidak diambil nelayan Bugis dan Bajo. 
 
 
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "WSBB"

Posting Komentar