translate

ramp my enterprenuer inspiration

Jumat, 26 November 2010

praktikum metalografi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan metalografi pada dasarnya mempelajari karakteristik struktural dan susunan dari suatu logam atau paduan logam. Biasanya tidak melalui suatu keseluruhan potongan disebabkan oleh pembawaan hydrogen atau logam.
Dewasa ini terdapat berbagai jenis bahan yang digunakan pada proses manufaktur. Namun, sebelum diketahui atau digunakan dalam industri atau bagian-bagian yang lain, karakteristik structural atau susunan dari logam atau paduannya yang akan dipakai atau ditawarkan pada industri untuk keperluan lainnya.
Dari hal inilah, orang mulai mencoba untuk melakukan uji mmetalografi pada suatu material. Sehingga dengan cara ini dapat diperoleh bahan dengan sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan tertentu untuk memenuhi nkebutuhan teknologi modern yang meningkat.
Untuk itu, pengujian metalografi sangat berguna dalam berbagai dunia industri, terutama pada industri logam dan otomotif. Karena kebutuhan akan logam ini semakin meningkat, maka banyak industri manufaktur menyuplai bahan logam yang ada di pasaran san telah melalui berbagai proses pengujian bahan.








1.2 Tujuan dan Manfaat Pengujian
A. Tujuan Pengujian
Setelah melakukan pengujian metalografi praktikan dapat :
1. Menjelaskan tujuan dari proses metalografi.
2. menjelaskan langkah-langkah pengujian Metalografi.
3. Mengetahui bahan dan alat yang digunakan pada pengujian metalografi.
4. Mengetahui bentuk-bentuk fasa dari logam.
5. menganalisa ukuran butir dan membbandingkan dengan grain size ASTM.
6. Menjelaskan hubungan antara struktur mikro dan karakteristik butir terhadap bahan.
7. Mampu melakukan pengujian metalografi.
B. Manfaat Pengujian
1. Bagi Praktikan
• Dapat mengetahui dampak perlakuan panas dan media pendingin terhadap karakteristik logam.
• Dapat melihat perbedaan setiap fasa logam yang diuji.
• Dapat mengoperasikan mikroskop untuk pengamatan pada bahan yang lain.
2. Bagi Industri
• Dengan pengujian metalografi, dapat diketahui suatu logam atau paduannya yang mempunyai kekuatan yang tinggi dan ekonomis.
• Dapat diperoleh bahan dengan sifat-sifat yang sesuai dengan kebutuhan industri.




BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
Pengetahuan metalografi pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari struktur logam atau paduannya dalam hubungannya dengan sifat fisik dan mekanik.
Pada metalografi yang diperoleh dengan suatu analisa kimia dan metalografi logam atau paduannya dan potongannya. Disebabkan oleh pembawaan heterogan dari logam tersebut. Pembawaan ketidak homogenan dalam suatu logam lebih detentukan dengan macroetching dan pemasarannya dapat dilakukan dengan menggunakan luas power mikroskopis, ini dinotasikan oleh jenis metalografi data yang diperlukan atau dibutuhkan.
Pengamatan microetching dapat memberikan gambaran kondisi dalam metal yang berhubungan dengan satu arah lebih. Untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Crystalin Heterogencity, hadir dan meluas yang tergantung pada jalannya solidifikasi akan tumbuhnya krystalin dari logam atau paduannya.
b. Chemicalin Heterogencity, disebabkan oleh tidak berisinya logam atau paduannya dan lokasi pemisahan dari susunan kimia tertentu. Pemisahan serupa dapat dengan sengaja (karbon dalam permukaan baja selama proses karburasi)
c. Mechanical heterogencity, timbul dari Coldworking atau setiap proses yang menimbulkan teganga-tegangan permanent dalam logam yang dituangi.
Selama proses makro suatu logam atau paduannya terdiri dari tiga langkah.
1. Mendapatkan sample logam yang sesaat untuk tujuan pemeriksaan.
2. Menyiapkan microetching terhadap penampang yang boleh disiapkan atau belum disiapkan agar tidak mengalami kesulitan nanti
3. Menyiapkan secara hati-hati permukaan yang akan dietsa dan
kemudian diperiksa (tidak selalu layak atau perlu)
Pemakaian macroetcing yang tergantung pada tiga factor penting yaitu:
1. Koreksi permukaan logam yang akan dietsa, yaitu apakah tidak kasar, licin, atau dipoles.
2. Komposisi kimia dari etsa yang dipilih
3. Lama waktu specimen yang dietsa kebanyakan bagian penting dari sejumlah metalografi

Reaksi-Reaksi Pembentukan Fasa
Reaksi Austenit – Martensit
Daerah austeniot yang telah bertransformasi menjadi martensit, membentuk lentikuler yang mudah dikenal adalah dietsa atau distorsi yang ditimbulkannya pada permukaan logam yang dipoles. Hal ini membuktikan bahwa jarum martensit terbentuk akibat proses geser dan bukan proses difusi ataom karena regangan yang regangan yang besar yang mengiringi perubahan volume transforasi tidak timbul. Luar martensit terbentuk tenkuler merupakan akibat dari tegangan yang timbul dalam matrisk oleh transformasi dengan mekanisme geser dan setara dengan efek serupa.










Reaksi Pembentukan Ferit dan Perlit
Pada proses pemanasan system besi karbon, besi murni bertambah 2 kali strukturnya sebelum mencair. Besi berubah dari kpr menjadi kps pada temperature 912oC dan perubahan ini berbalik pada temperature 1374oC dan terbentuk KPR lagi (besiα). Austenit akan fasa  merupakan larutan padat dari karbon dalam besi KPR. Bila didinginkan sampai mencapai suhu dibawah 912 oC atau akan membentuk KPR, struktur ini disebut ferrit atau besi dan merupakan larutan padat karbon dan besi 
Bila pendinginan berlangsung terus baja menjadi magnetis sampai batas sedikit diatas batas kritis. Ferrit yang terbentuk bertambah pada saat itu austenit yang masih ada akan bertransformasi. Austenit sudah mengandung modul perlit yang halus, pada austenit homogen nukleasi selalu terjadi pada batas butir ketika modul bertambah besar permukaan kontak dan berambah.
Selama proses pendinginan sampai terbentuk perlit, austenit bertrasformasi dengan nukleasi pertumbuhan ferrit sampai pada batas temperature transisi. Namun pada saat pembentukan ferit masung mengandung komposisi austenit dalam jumlah sedikit. Pada kondisi ini bila pendinginan berlangsung terus maka ferit + austenit transisi akan bertransformasi menjadi ferit, bainit dan martensit tergantung pada pendinginannya.
Reaksi Pembentukan Bainit
Penelitian pada transformasi isothermal dalam baja 1080 menunjukkan bahwa berbeda untuk suhu di atas dan di bawah kurva T-T. Di atas suhu tersebut nukleasi terbatas pada batas butir austenit bermula. Di bawa Rx tertunda karena pergerakan atom yang lamban, akan tetapi logam yang mengalami pendinginan lanjut dengan mudah membentuk  dan  yang bernukleasi pada titik-titik cacat dalam butir-butir austenit menghasilkan bainit.
Reaksi pembentukan Sementit, Austenit, Ladeburit.
• Austenit dinamakan juga fasa γ atau besi γ merupakan larutan padat antara karbon dan besi dengan sel satuan FCC. Untuk paduan Fe3C, austenit hanya dapat stabil di atas temperature 723oC tetapi untuk baja paduan Mangan, austenitdapat terjadi secara stabilpada temperature kamar tergantung pada kandungan Ni atau Mn. Sifat austenit sama dengan ferit yaitu bersifat lunak..
• Ferit terjadi dibawah temperature 723oC, pada temperature ini terjadi pengintian sementit. Pada temperature 723oC mulai terbentuk fasa perlityang sebenarnya terjadi dari 2 fasa yaitu sementit dan besi α dari austenit sebelum fasa eutectoid yang disebut pra eutectoid sementit.
γ (kps) didinginkan menjadi γ + C (Sementit + karbida)
• Ladeburit terbentuk pada suhu antara 723oC sampai ladeburit terbentuk bersama dengan sementit dari 1130oC.
α + sementit + ladeburit
γ (kps) didinginkan menjadi C + ladeburit













Diagram TTT (Time-Temperatur-Transformasi)

Gambar : kurva pendinginan pada diagram TTT (time-temperature-transformation)
Diagram TTT juga disebut diagram S atau diagram transformasi isothermal. Dengan diagram ini dapat dilihat perubahan struktur bila logam dibiarkan pada suhu konstan tertentu.
Untuk memperoleh struktur martensit, baja harus dicelupkan dengan cepat sehingga kurva pendinginan tidak memotong kurva transformasi.
Pada kedua kurva TTT jelas bahwa sedikit di bawah temperatur kritis A, laju transformasi rendah meskipun pada transformasi ini mobilitas atom cukup tinggi. Hal ini disebabkan setiap perubahan fasa yang timbul akibat factor permukaan ddan energi regangan. Jika temperatur dibawa ke lutut kurva, laju transformasi meningkat. Terjadinya kelambanan pada proses ini disebabkan pada waktu pembentukan bainit temperatur agak rendah. Pada bagian temperatur 250°C - 300°C ternyata transformasi berlangsung sangat cepat. Untuk diagram fasa TTT hanya dapat diperlakukan pada baja karbon rendah. Jika baja dicelup pada daerah di bawah 200°C maka akan terbentuk martensit seiring baja tersebut dicelup dalam media pendingin ini, dan pada suhu kritis terbentuk austenit stabil yaitu atom mulai bergerak secara acak. Bentuk umum dari kurva transformasi-waktu-suhu berbeda untuk jenis baja.
Perlu diketahui bahwa bentuk dari kurva waktu-suhu-transformasi berbeda untuk jenis baja yang berlainan. Tergantung pada kadar karbon unsur paduan,dan faktor besar butir austenit. Untuk itu agak sulit untuk membentuk martensit pada pencelupan baja lipoeutektoid. Baja karbon dengan komposisi eutectoid lebih mudah dikeraskan.

Diagram Fasa Fe-Fe3C
Diagram fasa ini menjadi landasan untuk laku panas. Bila bagian 0%-1% karbon pada gambar ditutupi, maka kita akan mendapatkan diagram fasa sebelumnya. Komposisi eutectik terdapat pada 4,3% (berat) karbon (17% atom) dan suhu eutctik ini karena rata-rata mengandung 2,5%-4% C. Titik cair relati rendah dan besi cor mempunyai karakteristik coran dan proses yang baik.


Diagram Fe-Fe3C

 yang hanya besi dapat menampung 2,1% (berat) (9% atom) karbon. Atom karbon ini larut secara difusi dalam besi-baja berdasarkan fasa larutan padat ini. Karena baja mengandung kurang dari 1,2% karbon, baja dapat mempunyai fasa tunggal pada proses penempaan atau pengerjaan panas lainnya yaitu di daerah sekitar 4100oC-1270oC. pada daerah yang kaya besi (799% Fe dan <1% C). Diagram Fe-Fe3C berbeda dengan diagram lainnya yang pernah dibahas. Perbedaan ini timbul karena besi adalah polimer dengan fasa kpf dan kps. Karena kita tidak mempelajari pencairan dan solidifikasi baja secara khusus. Diagram antara suhu 700oC-900oC dan daerah karbon antara 0oC-1oC bagian inilah yang terpenting bagi ahli teknik karena mikrostruktur baja dapat diatur dan disesuaikan dengan keinginan.
Sistem Kristalografi
1. Bentuk Kubus
a = b = c
α = β = γ = 90o


c


b
a
Kristal kubus mempunayai 3 jenis sel satuan bagian yang terkecil dari suatu bahan yang bentuknya tetap dan beruang
a. Kubus sederhana (SC)






b. Kubus Mulia (FCC = Face Centered Cubic)




c. Kubus Dalam (BCC = Body Centered Cubic)







2. Tetragonal
Tetragonal terbagi atas 2 :
a. ST (Simple Tetragonal)
b. BCT (Body Central tetragonal)


a = b ≠ c
α = β = γ = 90o



3. Orthorombik
a. SO (Simple Orthorombik)
b. FCO (Face Centered Orthorombik)
c. BCO (Body Centered Ortorombik)
a ≠ b ≠ c
α = β = γ = 90o

b

c
a




S.o f.c.o b.c.o




b.c.o

4. Rhombohedral
a = b ≠ c
α = β = γ ≠ 90o


5. Heksagonal
a = b ≠ c
α = 120o


c

b
a
Heksagonal Sederhana

6. Monoclinik
a ≠ b ≠ c
β = γ ≠ 90o








Simple Monoclinik (S.M) Body Centered Monoclinik (B.C.M)

7. Tridimik
a ≠ b ≠ c
α ≠β ≠γ ≠ 90o





c

b

a

Simple Tridimik (S.T)






















2.2. Teori pengamplasan, pemolesan, dan etsa
1. pengamplasan
pengamplasan adalah sutau proses pengerjaan logam dengan tujuan mengurangi kerusakan permukaan yang terjadi dari proses pemotongan dengan gergaji. Pengerjaan pengamplasan sebaiknya dilakukan dengan 1 arah agar diperoleh permukaan logam yang baik. Amplas yang digunakan mulai dari yang kasar sampai yang halus.
2. pemolesan
pemolesan adalah suatu proses pengerjaan yang bertujuan untuk menghilangkan bagian-bagian yang terdeformasi yang timbul dari hasil langkah-langkah sebelumnya.
Pemolesan dilakukan dengan tangan dimana arah tegak lurus dengan arah pengamplasan. Selama proses pemolesan dianjurkan agar specimen digerakkan kedepan dan kebelakang seperti partikel mengalami absorbsi dapat didistribusikan secara merata diatas piringan pemolesan. Selain itu pemolesan dilakukan berputar untuk mencegah efek komet, setiap selesai pemolesan, specimen di cuci dengan menggunakan alcohol dan dikeringkan dengan mengguanakan udara.
3. etsa
Etsa adalah suatu proses pencelupan specimen dengan tujuan memperoleh specimen yang bersih. Etsa biasanya dilakukan diatas bagian yang telah diamplas, dan dipoles.
Umumnya reaksi yang sesuai untuk etching metalografi specimen terdiri dari organic dan anorganik acid serta alkolis. Dari beberapa sifat dan wujud yang kompleks dalam larutan dengan beberapa bahan pelarut seperti air, alcohol, gliserin, atau campuran pelarut-pelarut lain.
Aktivitas dan perilaku umum dari etsa metalografi mempunyai hubungan dengan salah satu karaktersitik sebagai berikut:
a. Hidrogen Ion concentration
b. Hidrocid Ion concentration
c. Kemampuan sifat memadai yang diterima salah satu atau lebih kemampuan structural.
Etsa biasanya dilakukan pada permukaan specimen yang telah disiapkan dengan cara pencelupan atau dibasahi. Waktu etsa suatu specimen adalah penting dalam penentuan pilihan etsa yang digunakan.
Reagen etsa yang biasa dipakai diantaranya:
a. Asam Nitrat
Komposisinya : Asam Nitrat 2 ml, Alkohol (95%) 98 ml
Pemakaiannya : Untuk baja karbon, baja paduan rendah dan sedang.
Waktu mengetsa : beberapa detik sampai satu menit
b. Asam Pikral
Komposisinya : Asam Pikral 4 gr, Alkohol (95%) 96 ml
Pemakaiannya : Untuk baja karbon dalam keadaan normal, dilunakkan, dikeraskan (disepuh) atau distemper.
c. NaOH + H2O2
Komposisinya : NaOH sebagai dasar H2O2 beberapa tetes.
Pemakaiannya : Untuk tembaga dan paduannya
Waktu mengetsa : Sampai warna abu-abu
Langkah-langkah mengetsa:
a. Diteteskan beberapa tetes reagen etsa kedalam cawan.
b. Dicelupkan permukaan specimen yang akan diperiksa pada reagen etsa. Specimen dijepit dengan tang kecil. Waktu pencelupan beberapa detik sampai warna abu-abu.
c. Dibersihkan dengan air bersih yang mengalir dan selanjutnya dibersihkan dengan alcohol.
d. Specimen dikeringkan dengan menggesekkan kapas bersih dan disemprot dengan udara panas, selanjutnya specimen diperiksa struktur mikronya di bawah mikrsoskop.














BAB IV
PERHITUNGAN


4.1. Penentuan Persen Fasa (Spesimen Dengan Media Pendingin Air Garam)






Ctt : titik yang mengenai fasa tertentu dihitung satu dan yang mengenai tepi fasa
dihitung 1/2. Jumlah titik total yang digunakan untuk penentuan yang cukup
akurat setidaknya 100 titik.

 Penentuan Persan Fasa Ferit










 Penentuan Persen Fasa Perlit

























4.2 Penentuan Ukuran Butir

Ukuran butir dinyatakan dengan besaran tertentu, misalnya standar dari ASTM, yaitu ASTM Grain Size Number (n) yang dinyatakan sebagai berikut :





Keterangan : n = ASTM Grain Size Number (1-10)

N = Jumlah Butiran Per inci Kuadrat.

Ukuran butir dapat ditentukandengan menggunakan metode lingkaran Hilliard sebagai berikut :






Dimana : G = Besaran Butir ASTM
LT = Total Keliling Lingkaran
= x d (Cm)
P = Total Jumlah Perpotongan Lingkaran dengan Butiran
M = Pembesaran (diketahui)

• LT = x d
= 3,14 x 6,4 = 20,1 Cm
• P = 28 Butiran
• M = 400 X
Jadi:

G

G

N


N





BAB V
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa grafik Fe-Fe3C



Diagram fasa Fe – Fe3C menjadi landasan untuk laku panas kebanyakan jenis baja yang kita kenal. Bila bagian 0%-1% karbon pada diagram Fe-Fe3C ditutupi, kita mendapatkan diagram yang mirip dengan diagram fasa sebelumnya. Komposisi eutektik terdapat pada 4,3% ( berat ), karbon ( 17% atom) dan suhu eutektik ini karena rata-rata mengandung 2,5-4% karbon. Titik cair relatif rendah dan besi cor mempunyai karakteristik coran dan proses yang baik. Yang kaya besi dapat menampung 2,1% (berat) atau 9% (atom) karbon. Atom-atom karbon ini larut sampai interistisi dalam besi KPS. Baja berlandaskan fasa larutan padat ini karena baja mengandung kurang dari 1,2% karbon, baja dapat mempunyai fasa tunggal pada proses penempaan atau pengerjaan panas lainnya, yaitu di daerah sekitar 1100°C sampai 1250°C. Pada daerah yang kaya Fe diagram ini berbeda dengan diagran lainnya yang telah pernah di bahas. Perbedaan ini timbul karena besi adalah polimorf dengan fasa kpr dan kps.

Karena kita tidak mempelajari pencairan dan solidifikasi baja secara khusus disini, kita lewatkan ciri-ciri daerah karbon kadar rendah diatas suhu 1400°C. Perhatian kita terutama ditujukan pada bagian diagram antara 700°C-900°C dan daerah karbon antara 0%-1%. Bagian inilah yang terpenting bagi ahli teknik karena mikrostruktur baja dapat diatur dan disesuaikan dengan keinginan.


5.2. Analisa Foto Struktur
A. Spesimen Normal

















Fasa yang terbentuk :
1. Ferit (besi ά )
Pada foto specimen, warna yang lebih terang adalah ferit, dan butirannya besar dan fasa yang ada merupakan larutan padat intrerself (sel antara) dengan atom karbon yang sangat liat dengan kata lain karbon dalam ferit sangat rendah yaitu 0,05 %, sampai pada suhu 7230C dan pada suhu kamar 0,08 % memioliki se satuan kubus (BCC) dan berada di bawah temperature 9,2oC. Pada diagram besi karbida sifatnya lunak dan tahan korosi.
2. Perlit
Perlit yang terbentuk terdiri dari :
Perlit yang terbentuk strukturnya besar dengan sifat keras, getas, butirannya besardan kasar. Biasanya terbentuk di bawah suhu 723o C.
Ferit : bentuk strukturnya kesil dengan sifat keras, getas, butirannya kecil, dan halus, terbentukakibat pendinginan yang cepat.
Selain itu juga dari gambar dapat kita lihat bahwa ukuran butiran-butirannya kecil serta terdapat celah-celah kecil diantara butir-butir tersebut.

B. Spesimen Dengan Media Pendingin Air Garam

Dari gambar foto specimen dengan media pendingin air garam kita dapat melihat butiran-butirannya berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan gambar struktur butir normalnya. Selain itu juga tidak terdapat celah diatara butiran-butiran tersebut, ini terjadi karena ukuran butir-butir yang membesar yang mengakibatkan butiran-butiran tersebut saling berdesak-desakan sehingga tidak terdapat celah diantara butir-butir tersebut.

Dari gambar foto specimen dengan media pendingin air garam kita dapat melihat warna sturktur butir dominan berwarna gelap. Dimana seperti yang kita ketahui warna gelap dari butir adalah fasa pearlit yang bersifat keras dan getas. Dan karena bentuk dari butir yang besar serta berdesak-desakan antara yang satu dengan yang lain sehingga kekerasan specimen inipun meningkat.

Bentuk atau keadaan struktur seperti ini dengan sifat-sifatnya kita ketahui sebagai fasa martensit yang keras dan getas namun memiliki kekuatan yang rendah serta sifat elastis yang rendah pula.



















5.3. Pembahasan
Metalografi Kuantitatif

Dari hasil pengujian dan hasil gambar foto yang didapat kita dapat melihat ukuran butir membesar sebagai akibat dari pemberian perlakuan panas yang kemudian didinginkan secara cepat dengan menggunakan media pendingin air garam.

Akibat dari perlakuan panas dengan pendinginan yang cepat fasa pearlit secara kuantitatif akan lebih banyak atau dominant daripada fasa ferit. Atau dengan kata lain akibat dari laju pendinginan secara cepat mempengaruhi pembentukan kembali fasa ferit.

Semakin lambat laju pendinginan maka fasa ferit yang pada saat pemanasan bertransformasi menjadi perlit akan mudah bertransformasi kembali menjadi fasa ferit. Oleh karena itu perlakuan panas yang diberikan kepada specimen yang kemudian didinginkan secara cepat akan memiliki fasa perlit yang dominant sebagai akibat dari tidak sempatnya fasa perlit tersebut bertrasformasi kembali menjadi fasa ferit.

Kita dapat menentukan jumlah fasa secara kuantitatif yang terjadi dari suatu specimen yang telah diberi perlakuan panas dengan kecepatan pendinginan tertentu. Dimana kita tahu kecepatan pendinginan yang mempengaruhi sedikit dan banyaknya fasa-fasa tertentu. Hal ini dilakukan dengan pertama-tama membuat foto gambar sturktur dari suatu specimen kemudian dibuat titik-titik yang simetris dengan jumlah tertentu pada gambar foto specimen tersebut. Dimana titik yang tepat mengenai fasa tertentu dihitung 1 (satu) dan mengenai tepi fasa dihitung ½ (setengah) untuk masing-masing fasa yang ada. Kemudian persentase jumlah fasa tertentu dapat ditentukan dengan rumus berikut:

jumlah titik pada fasa tertentu
Jumlah titik total

Persen fasa tertentu = x 100 %


Kemudian untuk menghitung ukuran butir serta jumlah butiran per inci kuadrat dapat kita tentukan dengan pertama-tama membuat lingkaran pada kotak titik-titik yang digunakan untuk menghitung persen fasa. Kemudian dihitung jumlah garis dari tepi fasa yang mengenai lingkaran tersebut. Rumus yang digunakan untk menghitung ukuran butir dan jumlah butiran perinci kuadrat adalah sebagai berikut:

Untuk menentukan ukuran butir
G =
Dimana : G = Besaran butir ASTM
= Total keliling lingkaran = (cm0
P = Total jumlah perpotongan keliling Lingkaran dengan butiran
M = Pembesaran gambar foto

Untuk menentukan jumlah butiran perinci kuadrat
N=
Dimana : n = ASTM Grain Size Number (1-8) = G
N = Jumlah butiran perinci kuadrat.

























BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik struktur logam atau paduan logam memiliki sifat fisis dan mekanis yang berbeda tergantung dari jenis perlakuan panas dan proses pendinginannya.

2. Kekuatan dan keuletan suatu material yang telah mengalami proses perlakuan panas akan dipengaruhi jenis media pendingin yang digunakan. Urutan ketangguhan bahan menurut media pendinginnya yaitu : air garam, air, solar, oli dan udara.

3. Fasa-fasa yang terbentuk adalah : Ferit, sementit, perlit, martensit,austenit, bainit dan ladeburit.

4. Struktur butir suatu material yang telah mengalami proses perlakuan panas sangat ditentukan oleh jenis media pendingin yang digunakan.

5. Pengujian metalografi bertujuan untuk mengetahui struktur yang terbentuk dari pengamatan struktur mikro pada foto dari perbesaran miokroskop untuk material yang telah mengalami perlakuan panas dan didinginkan dengan beberapa media pendingin yang berbeda densitasnya.

6.2 Saran

Harap agar prosedur pengambilan gambar dapat diperjelas dengan menjalaninya.




















DAFTAR PUSTAKA

Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
Erlangga, Jakarta.

































1.1 Latar Belakang
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "praktikum metalografi"

Posting Komentar